Pages

Letter for My Father

Yah.., mengapa ayah membiarkanku salah paham terhadap ayah?? Tahukah engkau yah, aku merasa aku adalah anak yang jahat karena terlambat memahamimu yah? Mengapa engkau selalu membuatku berpikir salah tentangmu yah?
4 tahun di tanah rantau membuatku memahamimu yah. Dan dalam kurun waktu itu pula aku menyadari begitu besar kasih sayang yang ayah berikan untukku dalam sikap diam ayah selama ini. Sekarang aku sudah tahu yah, dalam diammu begitu banyak yang ayah ajakankan untukku. Aku mulai memahami semua lewat tindakan ayah. Itulah yang membuatku merasa lebih buruk karena sempat meragukan kasih saying ayah dan berpikir salah tentang ayah.
Mengingat masa kecilku dulu, tahukah ayah aku pernah merasa iri dengan teman-temanku. Ketika mereka dengan riangnya bercerita tentang ayah mereka, tentang hadiah yang mereka dapatkan saat naik kelas. Ketika pembagian raport mereka di dampingi ayah mereka yang menunggu di depan pintu kelas. Sedangkan aku tak punya cerita apa-apa yang bias aku bagi dengan teman-temanku yah. Cerita apa yang harus aku bagi yah? Sedangkan diantara kita jarang sekali ada komunikasi bahkan di rumah pun bisa di hitung kata-kata yang terucap. Dan apa yang kudapati dari sikap ayah? Ternyata ayah mengajariku untuk tidak menjadi anak yang manja.
Untuk kesehariannya ayah selalu menyuruhku untuk mengerjakan ini dan itu. Bahkan hal-hal yang sulitpun yang seharusnya dilakukan anak laki-laki ayah tetap saja menyuruhku. Tahukah ayah apa yang ada dibankku saat itu? “Aku terus yang disuruh.., kenapa bukan kakak aja? Ayah gak sayang sama aku.” Itulah yang sepat terlintas dibenakku yah. Duhakah kah anakmu ini yah? Maafkan aku yah. Ternyata saat itu ayah mengajariku untuk meyakinkan diriku bahwa aku bisa melakukan apa yang orang lain lakukan juga.
Ayah, tahukah ayah...saat aku ingin mengurus KTP dan mengurus berkas-berkas untuk kuliah. aku ingin ayah menemaniku seperti yang dilakukan ayah teman-temanku. aku ingin engkau juga menuntun tanganku agar semua bisa jadi lebih mudah dengan bantuanmu dan aku tidak seperti orang linglung tak tahu arah. Tapi ayah membiarkanku untuk mengurus semua keperluanku sendiri. Ayah hanya memberikan informasi aku harus kemana terlebih dahulu. Tahukah ayah apa yang kupikir tentang ayah? “ayah gak peduli sama aku”. Dengan segala kebodohanku ternyata pada saat itu ayah mengajariku untuk menjadi anak yang mandiri, tidak bergantung dengan bantuan orang lain.
Ayah, tidakkah ayah ingin mengetahui kapan tepatnya aku mulai menyadari semua yang ayah ajarkan untukku? Aku mulai menyadari semuanya ketika aku tidak sengaja membaca sebuah artikel yang menyebutkan “ayah mengajari anaknya melalui tindakan”. Pada saat itulah aku mulai mengingat kembali apa yang terjadi antara kita yah. Dan saat itulah aku mulai menyadari semua kebodohanku.
Ayah…lewat ayah aku belajar tentang tanggung jawab, lewat ayah aku belajar tentang keikhlasan. Lewat ayah aku belajar untuk memperoleh sesuatu diperlukan usaha yang maksimal dan titik ahkirnya menyerahkan semua terhadap kuasa-Nya. Lewat ayah aku belajar walaupun orang lain sering dan berulang kali memanfaatkan kita, kita harus berpikir positif, dengan menganggap diri kita sebagai jembatan kecil untuk orang lain menyeberang yang walaupun pada akhirnya jembatan kecil itu terabaikan. Engkau mengajariku banyak hal yah...
Lewat ayah aku belajar menghadapi dunia dan mempersiapkan diri untuk akhirat.
Terima kasih yah. Telah menjadi ayah yang hebat untukku. 
Terima kasih ya ALLAH untuk mempertemukanku dengan ayah dalam ikatan anak dan orang tua. Terima kasih ya ALLAH untuk darah yang mengalir dalam diriku. 
Terima kasih ya ALLAH untuk anugerah terindah-Mu.



0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 Gubuk Chapunk. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.